www.apikkaliwungu.com_Halaqoh pengasuh pesantren yang diadakan oleh Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PWNU Jawa Tengah (Sabtu,25/01/25) KH. M. Sholahuddin Humaidulloh Irfan sebagai narasumber menyampaikan berbagai gagasan penting terkait peran, tanggung jawab, dan tantangan yang dihadapi oleh para pengasuh pesantren. Beliau menekankan bahwa menjadi pengasuh pesantren adalah amanah besar yang harus dijalankan dengan kesungguhan dan ilmu.
Proses Menjadi Pengasuh: Ta’allum Hingga Muallim
Abah Sholah menguraikan bahwa predikat sebagai pengasuh pesantren adalah hasil dari proses panjang didikan pesantren dan bimbingan para sesepuh. Seorang pengasuh harus menjadi pribadi yang alim—tidak hanya menguasai ilmu, tetapi juga memiliki kemauan untuk mengajarkan ilmu kepada santri. “Ada banyak orang alim, tetapi tidak mau mengajar. Begitu pula ada yang mengajar, tetapi belum tentu alim,” ungkapnya.
Beliau menekankan pentingnya tahapan dalam menuntut ilmu, mulai dari ta’allum (belajar), isti’lam (memahami ilmu), hingga menjadi alim dan muallim (guru). Dalam pesantren, sanad keilmuan biasanya satu jalur, yang menjamin kesinambungan ilmu yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Abah Sholah juga mengutip pesan Kyai Anwar Mansur, bahwa jika seseorang dipercaya untuk mengasuh santri, maka ia harus bersedia mengajar dan mengarahkan mereka. Semangat untuk terus belajar dan mengajar adalah salah satu rahasia keberkahan pesantren-pesantren terdahulu.
Tantangan Pengasuhan di Era Modern
Namun, beliau mengingatkan bahwa ada tantangan baru dalam pengasuhan pesantren, salah satunya adalah kecenderungan masyarakat menilai seorang kyai hanya berdasarkan popularitasnya sebagai dai. Padahal, menjadi dai tidak otomatis menjadikan seseorang alim. Selain itu, pengasuhan yang hanya berorientasi pada ijazah formal dapat mengurangi kompetensi santri dalam ilmu agama, seperti kemampuan membaca kitab dan memahami makhraj huruf dengan benar.
Abah Sholah menggarisbawahi pentingnya ilmu dasar seperti tauhid, fardhu ‘ain, dan ilmu yang menunjang pelaksanaan fardhu ‘ain. Pengembangan ilmu baru yang lebih bermanfaat juga perlu dilakukan, asalkan tidak bertentangan dengan prinsip pendirian pesantren.
Peran Wali Santri dan Tradisi Pesantren
Beliau juga menyoroti peran penting wali santri dalam keberhasilan pesantren. Sayangnya, masih ada wali santri yang jarang sowan atau berkomunikasi dengan kyai. Padahal, keterlibatan wali santri sangat membantu membentuk kebiasaan positif bagi santri. Orang tua juga perlu diajari untuk menghormati guru, seperti dengan ucapan terima kasih, doa, atau bentuk penghormatan lainnya.
Selain itu, KH. M. Sholahuddin Humaidulloh Irfan menekankan perlunya mengenalkan tradisi pesantren kepada santri, seperti menghormati guru, kesederhanaan, kemandirian, dan khidmah. Santri perlu diarahkan untuk mempelajari kitab sesuai tingkatan mereka agar proses pembelajaran lebih efektif.
Pentingnya Kolaborasi dan Ikatan Alumni
Dalam pengelolaan pesantren, beliau menyarankan pembentukan pembantu-pembantu kyai untuk membantu menangani berbagai kebutuhan pesantren. Santri dari daerah yang sama juga sebaiknya dikoordinasikan, dengan menunjuk pembina dari kalangan mereka untuk mempermudah komunikasi dan diskusi. “Ilmu itu tidak hanya lahir dari kelas, tetapi juga dari musyawarah dan jagongan sehari-hari,” ujarnya.
Selain itu, para santri yang sudah menjadi alumni harus tetap diikat dalam organisasi alumni. Hal ini tidak hanya mempererat hubungan antara pesantren dan alumninya, tetapi juga menjadi wadah untuk saling menasihati dan berbagi pengalaman.
Penutup
Abah Sholah menutup dengan menegaskan bahwa inti pesantren adalah kyai dan santri. Pengurus berperan sebagai perwakilan kyai dalam mengelola pesantren. Dengan pengasuhan yang berdedikasi, pesantren akan tetap menjadi benteng ilmu dan akhlak bagi generasi muda, sekaligus mempersiapkan mereka menjadi pemimpin dan dai yang kaffah dalam memahami agama.
Related Post
Terbaru
- Halaqoh Pengembangan Metodologi Bahtsul Masail: Memperkokoh Kajian Tafaqquh Fiddin
- Halaqoh Pengasuh Pesantren Naharul Ijtima’ RMI PWNU Jawa Tengah: Menjadi Pengasuh Pesantren yang Alim dan Berdedikasi
- RMI PWNU Jateng Gelar Naharul Ijtima di Kendal, Fokus Revitalisasi Pesantren Menuju Indonesia Emas 2045
- Pondok Pesantren APIK Kaliwungu: Jaga Tradisi Ngaji, Perkuat Rekognisi Santri
- Turba Pengurus Himmahku Nusantara ke Jawa Barat: Arahan Penting dari Ketua Umum KH. Ahmad Fadlullah Turmudzi
Leave a comment