Berita terkini
Tabayyun di zaman now

 

Sebagai hamba yang tidak mempunyai apa-apa dan tidak bisa apa-apa kecuali hanya dengan rahmat Tuhan, seringkali kita melupakan nikmat yang telah Ia berikan kepada kita. Betapa besar dan berapa banyak nikmat yang telah Ia berikan, nikmat melihat, nikmat mendengar, nikmat berbicara, nikmat kepala, nikmat tangan, nikmat kaki, nikmat fikiran, nikmat hati, nikmat sehat dan nikmat-nikmat lain yang tidak terhitung lagi berapa jumlahnya.
Seorang Cendekiawan muslim mengatakan “seringnya seseorang mendapat nikmat menjadikan ia lupa bahwa nikmat tersebut adalah benar benar “nikmat” sebagai contoh: nikmat melihat, barangkali kita lupa bahwa bola mata, kelopak mata dan sinar cahaya adalah nikmat yang tidak ternilai harganya, tanpa ketiganya kita tidak dapat melihat, akan tetapi seringnya kita melihat sesuatu menjadikan kita lalai bahwa melihat adalah sebuah kenikmatan, sehingga kita lupa untuk mensyukurinya.
Kita lupa bahwa bersyukur (memanfaatkan semua nikmat yang telah Tuhan berikan kepada kita untuk hal-hal yang semestinya) hukumnya adalah wajib. Bahkan kita cenderung pada sifat ananiyyah (egoisme) pada setiap hal, ibarat pepatah “habis manis sepah dibuang” melakukan sesuatu hanya memfikirkan kemanfatan diri sendiri tanpa memperdulikan apakah hal tersebut memberi manfaat terhadap orang lain atau bahkan dapat membuka aib orang lain.
Di zaman now, zaman era digital media, informasi dengan mudah dapat kita akses melalui berbagai cara, akan tetapi sangat disayangkan semakin berkembangnya teknologi justru semakin banyak fitnah-fitnah tersebar, hususnya didunia maya. Aib seseorang, propaganda-propaganda yang tidak jelas kebenarannya dan kritikan-kritikan kepada instansi-instansi tertentu menjadi hal yang wajar didunia maya. Tentunya hal ini akan mudah memicu wujudnya suatu perpecahan antar kelompok, instansi, suku,agama bahkan Kesatuan Negara Republik Indonesia ini. Oleh karenanya kita sebagai anak bangsa Indonesia perlu menyikapi perkembangan di era digital ini.
Tabayyun (mencari kejelasan) merupakan solusi yang sangat tepat. Dengan tabayyun kita tidak mudah salah faham, dan tidak mudah teradu domba. Dengan tabayyun kita akan tahu mana informasi yang benar-benar memberikan manfaat dan mana yang tidak memberikan manfaat. Jangan sampai kita tertipu, informasi yang notabenenya membuka aib seseorang malah kita kira memberi manfaat pada orang lain. Banyak isu-isu yang tidak jelas yang dalam tampilannya menyenangkan orang lain tapi di balik itu aib orang lain tersebar, atau bahkan hanya berita palsu.
Dalam kitab Bidayatul hidayah karya Hujjatul islam Al-Imam Al-Ghozali halaman (91) disebutkan: “Bahwa ketika suatu kaum melihat ‘alim fiqih memakai cincin dari emas atau memakai pakaian yang terbuat dari sutra, pasti mereka akan banyak mencela atas kesalahan yang dilakukan oleh ‘alim fiqih tersebut, akan tetapi ketika ada seseorang membicarakan kejelekan orang lain maka kaum tersebut akan  membiarkannya, walaupun ketika kita bandingkan antara kemaksiatan keduanya tentunya lebih besar dosa si penggunjing, tetapi kenapa yang dosanya kecil malah banyak yang menjelek-jelakkan, sementara yang dosanya lebih besar tidak di permasalahkan?”. Kemudian disebutkan dalam kitab tersebut: “Bahwa karena terlalu terbiasanya masyarakat melakukan ghibah, sehingga semuanya menganggap itu adalah hal biasa, bahkan  tidak dianggap sebagai kesalahan”.
Sama halnya dengan media sosial, andaikan kita terbiasa tidak meneliti informasi yang kita terima, tentunya kita akan terbiasa pula menyebarkan informasi yang memojokkan satu pihak, bahkan menyebarkan aib-aib orang lain yang jelas-jelas itu di larang oleh agama. Allah berfirman  dalam surat Al-Hujurat ayat 12:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ.
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah dari banyak berprasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka ‘memakan daging’ saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(Al-Hujurat : 12)
Tabayyun bukan lagi obat yang terkadang kita butuhkan, tetapi ibarat makanan yang selalu dibutuhkan bagi kita peminat teknologi digital. Dengan kita tabayyun pada setiap informasi yang kita terima, insya Allah kita akan benar-benar bisa memberi manfaat pada orang lain, bukan malah menyebarkan aib orang lain, sehingga akhirnya  kita  tergolong dari seseorang yang di sabdakan oleh Baginda  Nabi Muhammad SAW:
خير الناس أنفعهم للناس
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa memberi kemanfaatan kepada banyak orang”
sekian semoga bermanfaat………

By: Abdul Majid Muhdlor

Facebook Comments

About the author

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *