www.apikkaliwungu.com_Dalam beberapa dasawarsa ini, dunia Islam tengah terjangkit suatu penyakit yang cukup serius : penyakit saling bid’ah. Penyakit yang kini menjelma menjadi sebuah trend tersebut di sebarkan oleh golongan kanan konservatif ekstrimis yang santer menggembar-gemborkan untuk kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah.
Berbagai macam bentuk kegiatan maupun upacara peringatan keagamaan menjadi sasaran golongan yang mengaku sebagai golongan ahlusunnah tersebut. Bahkan tari sufi yang merupakan karya seorang tokoh sufi besar, Maulana jalaluddin Ar-rumi tak luput dari tudingan jari mereka. Mereka beragumen bahwa Nabi tidak pernah melakukan itu, apa saja yang tidak pernah dilakukan Nabi adalah bid’ah, semua bentuk bid’ah adalah sesat dan neraka adalah tempatnya.
Perlu kita ketahui, dalam kajian ilmu hadist, yang dimaksud as-sunnah ialah sesuatu yang disandarkan pada Nabi SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan maupun sifat. Ketetapan atau sunnah taqriri yaitu diamnya Nabi SAW ( tidak mengingkari ) pada sesuatu yang dilakukan seseorang dihadapan Nabi atau di zaman Nabi yang mengindikasikan bahwa perbuatan tersebut boleh dilakukan.
Tari sufi sendiri mendapatkan legitimasinya dari sunnah taqriri Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab fatawinya mengungkapkan ketika beliau ditanya tentang tari sufi, beliau menjawab :
نعم, له اصل فقد روي في الحد يث انّ جعفر ابن ابي طالب رقص بين يدي النبي ص. ل. لما قال له : ” اشبهت خلقي ” وذلك من لذة هذا الخطاب ولم ينكر عليه ص. ل. وقد صح القيام والرقاص في مجالس الذكر والسماء عن جماعة من كبار الأئمة, منهم شيخ الاسلام عزُّ الدين ابن عبد السلام
Artinya: “Tentu aksi tarian sufi ketika perasaan gembira bukan kepalang memilki asal. Di riwayatkan dalam sebuah hadist bahwasannya Ja’far bin Abi Tholib R.A. menari sementara Rasul sendiri tidak menginkari tarian tersebut dan karenanya, sah berdiri dan menari dalam majlis-majlis dzikir dan tabligh akbar diriwayatkan dari banyak ulama, diantaranya ialah Syekh Izzudin bin Abd As-salam.”
Dengan demikan, jelaslah sudah bahwa tari sufi bukan hanya sekedar gerakan berputar-putar tanpa adanya landasan namun sebagai bentuk luapan emosi dalam diri kita ketika seseorang mengalami kondisi ekstase dalam pusaran cinta.
Seyogyanya kita yang notabene adalah pelajar syar’i lebih jeli dalam melihat persoalan dengan memperkaya literasi, jangan sampai kita termakan isu-isu yang membawahi hingga ikut menudingkan jari kepada saudara kita menuduh bid’ah tari sufi yang bahkan sudah mendapat pengakuan dari Nabi SAW.
Semoga Bermanfaat…….
By: Rian Rismawan
Leave a comment