www.apikkaliwungu.com_Jum’at 17 Februari 2023 M/27 Rajab 1444 H.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
Artinya: “Sungguh bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya empat bulan haram (mulia).” (At-Taubah: 36)
Keempat bulan mulia itu ialah: Dzil Qa’dah, Dzil Hijjah, Muharram dan Rajab. Kalau ketiga bulan pertama datang secara berurutan, Rajab adalah bulan mulia yang terpisah — mengucilkan diri. Kini kita memasuki bulan mulia yang berdiri sendirian itu.
Ini adalah bulan ibadah. Bulan memohon pada Allah Swt. Bulan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa. Tetapi ini juga, di kalangan para habaib, dan para Ulama’ bulan untuk mengaji hadist Berbanding dengan bulan Ramadhan yang merupakan bulan tadarus Al-Quran. Ini adalah bulan untuk mengenal lebih jauh kepribadian Nabi Muhammad SAW, sekaligus sunnahnya dan ajarannya melalui sabda-sabda beliau dan deskripsi para sahabat mengenai prilaku Nabi Muhammad SAW.
Memang ada tradisi di kalangan para habaib untuk mengkhatamkan kitab Shahih Al-Bukhari selama bulan Rajab. Di Pasuruan, Malang, Surabaya, Gresik, Pekalongan, Solo dan kota-kota lain tak terkecuali Kaliwungu kota para Santri. Tradisi ini berlangsung dari dulu, dari generasi ke generasi. Tradisi ini mereka boyong dari kakek-kakek mereka di Hadramaut, di mana pembacaan dan khataman berlangsung lebih semarak dan khidmat.
Sungguh elok tradisi itu. Membaca hadis, di kalangan kaum salaf kita, memang bukan perkara biasa. Itu adalah momen yang istimewa. Para perawi hadis zaman dulu tidak akan membaca hadis sebelum berwudhu’, merapikan diri dengan pakaian yang pantas (jubah putih, peci putih plus serban), memakai wewangian dan duduk dengan tenang. Mereka memang tidak sembarangan menyampaikan hadis dalam kondisi acak-acakan atau di tempat-tempat tidak layak, seperti pasar dan jalanan. Hadis memang bukan berita biasa, melainkan sabda dan warta dari seorang hamba paling mulia, yang tidak pernah berbicara berdasar hawa, melainkan wahyu dari Allah semata. Hadis adalah lautan ilmu yang harus dijunjung, dihormati.
Pondok Pesantren Salaf APIK Kauman Kaliwungu Kendal sebagai salah satu pondok pesantren tua tentunya mengikuti anjuran dari salafuna Sholih. Wadhifah mengaji Kitab Shohih Bukhori pada biasanya di laksanakan tip hari Jum’at di Ndalem Kasepuhan Abah KH.M. Imron Humaidullah Irfan yang dibacakan oleh menantu abah Imron (Allahu Yarham) Abah KH. M. Ruwaifi’ Mawardi. Bertepatan dengan Jum’at terakhir pada bulan Rajab, sehingga diadakan khataman littabruk dengan para Habaib dan para Ulama’.
Menurut Abah KH. M. Ruwaifi’ Mawardi “Khataman Kitab Hadist Shahih Bukhari di Bulan Rajab adalah Tradisi oarang-orang Yaman. Dan tidak hanya itu, di bulan Rajab adalah peringat yang besar karna Islam dikenalkan langsung oleh Sahabat Mu’ad bin Jabal pada bulan Rajab”
Semoga kita senantiasa mendapatkan keberkahan khataman kitab Shahih Bukhori. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin
By: Abdul Majid Muhdlor
Related Post
Terbaru
- RMI PWNU Jawa Tengah Bersama Baznas Jawa Tengah Dorong Pesantren Melek Digital melalui Pelatihan Digital Marketing
- Santri APIK Kaliwungu Uji Ketangguhan di UKT Pencak Silat Harimau Putih: Menguji Fisik, Mental, dan Warisan Budaya dalam Tradisi Bela Diri Nusantara
- Halaqoh Pengembangan Metodologi Bahtsul Masail: Memperkokoh Kajian Tafaqquh Fiddin
- Halaqoh Pengasuh Pesantren Naharul Ijtima’ RMI PWNU Jawa Tengah: Menjadi Pengasuh Pesantren yang Alim dan Berdedikasi
- RMI PWNU Jateng Gelar Naharul Ijtima di Kendal, Fokus Revitalisasi Pesantren Menuju Indonesia Emas 2045
Leave a comment